Penulis: Putra Dinantio Nugroho, Ilmu Politik 2021
Terhambatnya ekonomi di suatu negara adalah salah satu contoh dari berbagai dampak yang disebabkan oleh pandemi Covid-19. Di sisi lain, sebenarnya ada sektor yang juga penting untuk diperhatikan, yaitu kondisi dan tantangan demokrasi di suatu negara. Di masa pandemi sekarang, demokrasi di Indonesia sebenarnya tidak banyak mengalami perubahan.
Salah satu hal yang tampak adalah masih lemahnya check and balances dari DPR yang terbukti saat awal munculnya kasus aktif Covid-19 di Indonesia. Sikap pemerintah yang lamban dalam merespons hal tersebut tampaknya tidak digubris oleh DPR. Hal ini makin menunjukkan bahwa DPR sekarang kurang kritis terhadap penguasa dan cenderung tampil seperti pendukung.
Di ranah pemilihan, Pilkada pada masa pandemi juga diselenggarakan secara luring meski menuai kritik dari masyarakat. Meskipun dilaksanakan dengan protokol kesehatan yang ketat, Pilkada di tengah pandemi menunjukkan kurangnya sense of crisis dari pemerintah terhadap pandemi. Ancaman gelombang lanjutan Covid-19 berpotensi terjadi dari penyelenggaraan Pilkada tersebut.
Hal lain yang juga mewarnai demokrasi di Indonesia belakangan adalah adanya perlindungan terhadap citra pemerintah. Aparat kini semakin gencar dan intens dalam melindungi simbol-simbol dan aktor pejabat negara, termasuk presiden. Penghapusan mural mirip wajah presiden yang terjadi di beberapa daerah misalnya. Pemerintah tampak melihat kewibawaan di saat krisis harus dijaga, tetapi sayangnya hal itu dimaknai dengan tindakan yang cenderung represif terhadap masyarakat. Dari pemaparan peristiwa di atas terlihat bahwa demokrasi di Indonesia belum mengarah pada penguatan demokrasi, melainkan lebih ke sikap antikritik dan restriksi.
Membahas soal kondisi demokrasi di suatu negara umumnya akan mengarah ke dua hal, yaitu naik atau turunnya kualitas demokrasi pada negara tersebut. Lembaga survei Indikator Politik Indonesia (IPI) menyebut bahwa tren kepercayaan masyarakat pada pelaksanaan demokrasi di Indonesia terus mengalami penurunan. Dari hasil sigi terbaru mereka, masyarakat yang puas terhadap pelaksanaan demokrasi saat ini hanya 47,6 persen dan yang tidak puas sekitar 44,1 persen. Tren kepercayaan pada kinerja Presiden Joko Widodo dari sebelum pandemi pun sekarang juga menurun. Jika sebelum pandemi angkanya berkisar antara 70-72 persen kini berubah menjadi 58,1 persen.
Langkah Presiden Jokowi belakangan ini menunjukkan keinginannya untuk memperbaiki citra demokrasi pada pemerintahannya. Hal ini dapat dilihat dari dipanggilnya Suroto, petani jagung yang sempat ditangkap oleh aparat karena menyampaikan kritik terkait harga jagung. Peneguran terhadap Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo agar tak berlebihan dalam menyikapi demo juga penting. “Ini penting disampaikan agar aspirasi publik bisa ditangkap oleh policy makers,” ucapnya.
Untuk membenahi masalah penurunan kualitas demokrasi di Indonesia Presiden Jokowi perlu membuktikan komitmennya terhadap demokrasi dengan benar-benar menunjukkan bahwa ia antikritik. Sebuah kritik hendaknya disikapi dengan kooperatif daripada represif. Sikap represif tadilah yang kemudian membuat kepercayaan masyarakat pada demokrasi dan kinerjanya menurun. Konsistensi pemerintah atas komitmennya terhadap demokrasi sangat perlu diperhatikan. Terutama untuk menjaga kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah dan demokrasi itu sendiri.
Jika tidak ada suatu terobosan politik yang signifikan, kemungkinan besar kualitas demokrasi kita akan terus menurun pascapandemi. Situasi politik yang terjadi di masa pandemi dan kehidupan ekonomi yang makin melemah berpotensi menimbulkan kerenggangan kohesi sosial yang dapat memperburuk situasi. Di sisi lain, ada beberapa negara yang sukses mengimplementasikan nilai demokrasi dalam penanganan pandemi, seperti Taiwan, Finlandia, dan Korea Selatan. Negara-negara tersebut telah mencontohkan bagaimana demokrasi dapat menyelesaikan masalah jika mekanismenya tepat. Belajar dari hal tersebut, kerja kolektif para pihak yang peduli terhadap kualitas demokrasi harus makin digencarkan untuk mewujudkan Indonesia yang lebih baik.
Referensi
Adyatama, Egi. (2021, 26 September). Survei Indikator: Ketidakpuasan Penerapan Demokrasi di Indonesia Meningkat. Diakses melalui https://nasional.tempo.co/read/1510525/survei-indikator-ketidakpuasan-penerapan-demokrasi-di-indonesia-meningkat.
Danang, Martinus. (2020, 8 Desember). Pilkada 2020 di Tengah Pandemi Covid-19. Diakses melalui https://kompaspedia.kompas.id/baca/infografik/kronologi/pilkada-2020-di-tengah-pandemi-covid-19.
Noor, Firman. (2020, 12 Mei). Demokrasi Indonesia dan Arah Perkembangannya di Masa Pandemi COVID-19. Diakses melalui http://politik.lipi.go.id/kolom/kolom-2/politik-nasional/1394-demokrasi-indonesia-dan-arah-perkembangannya-di-masa-pandemi-covid-19.
Pudjiastuti, Tri Nuke. (2021, 12 Januari). Pengaruh Pandemi Covid-19 pada Nilai Demokrasi di Masyarakat. Diakses melalui https://ipsk.lipi.go.id/index.php/berita/731-pengaruh-pandemi-covid-19-pada-nilai-demokrasi-di-masy.
Retia, Kartika Dewi. (2020, 24 September). Pro dan Kontra Menanggapi Pilkada di Tengah Pandemi Corona. Diakses melalui https://www.kompas.com/tren/read/2020/09/24/061500865/pro-dan-kontra-menanggapi-pilkada-di-tengah-pandemi-corona-?page=all.